Friday, May 20, 2011

Truly Magnificent Borobudur Temple at the Vesak Full Moon

Sering aku melihat gambar-gambar kemegahan Candi Borobudur, begitu memepesona dan memikat mata. Tetapi ketika aku melihat beberapa foto yang diambil pada malam hari, sungguh menambah kekagumanku akan kemegahan Candi Borobudur. Dalam pikiranku terbersit ingin mengabadikannya di saat malam hari. Mulailah ku mencari informasi mengenai akses Candi Borobudur  pada malam hari agar bisa mendapatkan gambar seperti foto yang kulihat....ternyata, Candi Borobudur tidak setiap saat terang benderang, ada even-even tertentu untuk melihat kemegahan Candi Borobudur disaat malam salah satunya even waisak. Ku lihat kalender dinding pas sekali dengan long weekend 5 hari dengan tanggal 17 Mei nya peringatan Waisak. Tak ku sia-siakan  segera untuk memesan langsung tiket bus ke Yogyakarta karena khawatir long weekend ini akan kehabisan tiketkebiasaan orang-orang yang memanfaatkan waktu libur.

ritual Waisak di pelataran Candi Borobudur diterangi purnama
Jum'at sore jam 18.00 aku berangkat ke pull bis BE, disana telah menunggu teman-temanku Restu, Kuhe dan mba' Fatma. Hanya sebentar menunggu, jam 19.00 giliran bus ku pun bergerak menuju ke luar pull untuk membawa kami menuju Stasiun Blabak, jalan lintas Yogya - Magelang. Sebuah tempat perhentian pertama di daerah Sumedang. Akupun membasuh muka yang begitu kantuk di sebuah rumah makan yang ditongkrongi oleh bus angkutan antar Provinsi. Aku memesan pop mie untuk pengganjal perutku agar tidak sempoyongan di sisa perjalanan yang masih 9 jam lagi. Hampir lima belas menit kami  menikmati peristirahatan ini, bus pun segera diberangkatkan. Ah sialan, ku kira bus yang ku naiki ini secepat namanya Bandung - Yogya bisa ditempuh dengan sepuluh jam...ternyata lewat dari perkiraanku sampe di Stasiun Blabak tempat perhentian kami menunjukkan jam 07.00,  padahal masih 63 KM lagi dari kota Yogya. Kemudian ku tanya mba' Fatma kenapa bus yang kita tumpangi tak secepat namanya??dia menjawab banyak keluhan penumpang belum ada kendaraan umum yang beroperasi apabila sampainya shubuh hari...aku pun memakluminya. 

Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah Nenek temanku Kuhe dan Mba' Fatma di daerah Sawangan berjarak 3 KM dari Stasiun Blabak dengan menumpangi angkutan pedesaan. Akhirnya aku pun sampai di rumah yang sederhana berarsitektur tradisional Jawa, dengan beratap genteng yang disela-selanya disinari matahari pagi. Sungguh menyenangkan dan menambah segar dengan view Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, oalah.... Aku sudah tidak tahan lagi dengan badan tidak begitu enak, bahkan bergerak pun susah karena tidur di perjalanana bis semalam kurang. Akhirnya ku baringkan sejenak melepas penat badan, lumayan nyenyak dan segar kembali meski hanya 2 jam.

rumah nenek di Sawangan

Even Ritual Waisak

Sore ini hari keempat aku berada di Sawangan tepat dilaksanakannya perayaan Waisak. Aku segera berkemas menyiapkan tasku untuk pergi menyaksikan sebuah even ritual yang sangat menarik ini, baterai kamera ku sudah terisi penuh, memori dan tripod tak lupa aku sandang.  Rencanaku jam 6 sudah sampai di Candi Borobudur. Perjalanan dari Sawangan ke Candi Borobudur bisa ditempuh dengan waktu 15 menit. Atas saran Pak Lek Bud melewati jalan alternatif melewati Pasar Blabak yang keluarnya Candi mendut untuk menghindari macet, maka akupun mengikuti saran Pak Lek Bud. Akupun berpamitan terlebih dahulu ke semua anggota keluarga di rumah nenek, Ibu Kuhe dan Mba' Fatma serta Pak Lek Bud karena aku akan pulang ke Yogya, rasa terima kasihku tak lupa kepada mereka yang bersedia menerima ku beristirahat selama di sana..sungguh baik sekali. Akhirnya aku pun berangkat ditemani Bang Surya temanku asal Pontianak yang berkuliah di Hukum UGM. Perjalanan kesana begitu indah, hamparan perbukitan memmbentang luas. Petani yang pulang menggiring itik, ibu-ibu yang pulang bergendong bakul, anak-anak yang bermain sepeda dan pemuda-pemuda bermain bola di tengah lapangan. Pemandangan yang begitu indah menurutku. Setelah perjalanan sekitar 25 menit akhirnya kami sampai juga di Candi Borobudur. Aku tidak bisa menahan keinginanku untuk segera mengabadikan megahnya Candi Borobudur saat perayaan Waisak. 

ribuan orang berkumpul menyaksikan ritual waisak
Ribuan orang berkumpul, tua, muda, anak-anak, dan bahkan non-umat Budha dari kejauhan berbondong-bondong menuju arah tempat diadakanya ritual Waisak. Banyak diantara mereka membawa serta keluarga. Semakin malam semakin ramai saja yang memenuhi area pelataran candi Borobudur ini. Aku melihat mereka semua sangat gembira untuk menyaksikan acara Waisak ini. Peringatan Waisak di area pelataran Candi Borobudur begitu indah menurutku. Di bawah sinar Purnama yang menerangi menambah suasana kemegahan Candi dan Waisak sendiri. Dari parkiran di hotel Manohara aku harus berjalan mengitari Candi untuk mendapatkan tempat terbaik. Ditambah lagi lalu lalang sebagian umat yang telah selesai beribadah membuat jalan ini sulit untuk dilalui.  Belum lagi orang-orang yang hendak menyelamatkan diri dari gerimis hujan. Aku harus sedikit bersabar melangkah…!

umat Budha hikmat mendengar khutbah Waisak
Aku berkeliling di areal pelataran Candi Borobudur ini mencari tempat yang nyaman untuk menyaksikan ritual Waisak. Tak lama, gerimis pun turun kembali membuat para pengunjung beranjak mencari tempat berteduh sementara umat tetap hikmat mengikuti ritual detik demi detik. Walhasil areal depan para biksu dan biksuni pun sepi ditinggali. Akupun berpindah untuk lebih ke depan berharap mendapati angle yang baik, tak ku hiraukan hujan segera ku duduki barisan kedua. Akhirnya bersamaan dengan doa yang dipanjatkan para biksu dan biksuni hujan pun reda. Aku pun mengikuti khutbah pesan Waisak dari Bhikkhu Wongsin Labhiko Mahathera, dilanjutkan pemberian berkat dari 15 Sangha Bhikkhu.

pelepasan lampion harapan
Akhirnya prosesi terakhir pelepasan seribu lampion yang kutunggu-tunggu dimulai juga. Para panitia membagikan lampion kepada para biksu dan umat untuk diterbangkan. Beberapa dibentuk kelompok kecil yang ditangannya sudah ada lampion untuk dibakar. Pelataran pun penuh dengan orang-orang yang ingin menyaksikan pelepasan lampion. Tak hanya itu, puluhan fotografer pun telah bersiap untuk mengabadikan momen ini. Satu, dua, tiga lampion dilepaskan ke langit diiringi alunan musik dari speaker yang dipasang di pelataran bersamaan dengan harapan yang dipanjatkan. Aku semakin senang melihat antusiasme pengunjung menyaksikan ritual ini, melihat dan menikmati ritual yang begitu menakjubkan. Karena bukan hanya umat Budha sendiri yang menyaksikan pelepasan lampion ini, akhirnya panitia membagikan kepada pengunjung yang juga ingin melepas lampion.
Seluruhnya berbaur dan harmonis bersinergi membangun kebersamaan demi harapan. Sesuai dengan tema Waisak tahun ini “Kedamaian Cahaya Kebenaran”. Semoga kegiatan ini juga dapat memberikan cahaya baru dalam hidup kita masing-masing sehingga kita dapat hidup dalam  kebahagiaan dan kedamaian baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara.

light trail lampion menuju langit
Sungguh kenikmatan tersendiri bagiku menyaksikan ritual Waisak ini, membuatku semakin ingin berkunjung ke tempat-tempat indah lainnya dan berbagi cerita tentang kekayaan negeri kita........ 

No comments:

Post a Comment